Akhir Sebuah Perjalanan Kehidupan

akhir hidup

Lentera Inspirasi: Dalam setiap langkah kehidupan, seringkali kita dihadapkan pada momen yang menggugah hati dan meruntuhkan dinding-dinding keyakinan kita akan keabadian. Salah satunya adalah saat mendapati kenyataan bahwa kehidupan tidaklah selamanya abadi. Dalam sebuah perjalanan, kita kadang-kadang dihadapkan pada kenyataan tak terduga: kisah perampokan yang merenggut nyawa, sebuah akhir yang tak diduga sebelumnya.

Artikel ini menggambarkan suatu perjalanan melalui kehidupan yang penuh dengan makna. Dari kisah kehilangan seorang ibu tiga anak yang tewas dalam perampokan, kita diajak untuk merenung pada hakikat kematian dan bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapinya. Lebih dari sekadar mengisahkan tragedi, tulisan ini menjadi cerminan yang mengajak untuk merenung dalam setiap langkah kehidupan.

Mari kita memahami bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi sebagai bagian dari perjalanan menuju keabadian. Melalui cerita inspiratif ini, kita diingatkan akan esensi hidup yang sebenarnya, serta kebaikan dan persiapan rohani yang perlu kita tanamkan dalam diri. Yuk, bersama-sama kita menjelajahi arti sejati dari kehidupan dan menggali hikmah dari setiap peristiwa yang melintas dalam perjalanan kita.

Akhir Sebuah Perjalanan Kehidupan

Ada nyeri yang tertera di hati. Ada gamang yang mengguncang-guncang perasaan. Sekali lagi, sebuah peristiwa menghentak jiwa. Dan membuat saya bertanya-tanya: Kira-kira seperti apa akhir perjalanan hidup saya? Entahlah, saya tidak tahu dan yakin sepenuhnya bahwa saya tak akan pernah tahu. Mungkin dengan cara yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya, atau mungkin dengan cara yang jusutru selalu saya bayangankan sebelumnya.

Sebagaimana tak pernah terlintas dalam benak saya, beliau akan mengalami kejadian tersebut dan meninggal karenanya. Senin sore itu menjelang maghrib, menerima WA dari seorang kawan. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Ibu Farida meninggal karena perampokan. Besok kita melayat jam 8. Begitu bunyinya.

Sungguh, rasanya tak percaya sewaktu saya membacanya. Tapi, WA itu memang benar adanya. Berita di TV dan di radio yang saya dengar kemudian menegaskan kebenaran peristiwa tersebut. Tanpa dapat dicegah, peristiwa perampokan itu membayang dan terlintas-lintas di benak saya. Membawa kengerian (membayangkan luka bacokan di leher dan tangan), membawa rasa kasihan, membayangkan keluarga dan anak-anaknya yang baru mulai beranjak dewasa, bahkan anak perempuannya satu-satunya (dua putra lainnya laki-laki) baru saja menikah. Bagaimana rasanya jika saya yang mengalaminya?

Tapi kematian memang tidak memilih cara, usia dan status. Ia bisa menimpa siapa saja, usia berapa pun dan dengan cara yang bagaimanapun. Pula, usia, status dan cara itu bukanlah MASALAH. It’s not the matter, it’s not the point how does somebody die. Yang menjadi masalah adalah dalam kondisi bagaimana kita ketika meninggal. Dan meninggalnya Ibu Agus Haryanto di tangan perampok memberi pelajaran yang dalam bagi saya.

Wanita paro baya ini dikenal ramah, energik, baik pada semua orang tapi juga sekaligus seorang aktifis yang tegas. Saya tidak mengenal beliau secara dekat. Hubungan kami hanyalah hubungan antara saya sebagai salah satu aktifis Forum Silaturahmi Muslim yang kebetulan sama-sama memiliki konsern tinggi terhadap dunia anak-anak dan wanita/karyawati, juga keluarga. Kesamaan konsern inilah yang membuat kami sering mengadakan kerjasama, diantaranya adalah mengadakan seminar tentang keluarga dan anak.

Selain itu, selama lebih dari dua tahun terakhir, kami terlibat dalam kerjasama membangun Tempat Penitipan Anak (Child Care Center) sebagai upaya pemberian fasilitas bagi ibu-ibu bekerja agar dapat menyempurnakan pemberian ASI kepada bayi. Proses ini sudah memakan waktu sedemikian lama, dan nyaris rampung berkat dukungan dan andil besar dari Ibu Farida. Bahkan, sedemikian lamanya hingga saya bahkan telah mengundurkan diri dari Tim. Tapi selama itu beliau tak kehilangan stamina. Saat kami lemah karena hambatan yang sedemikian banyak dan membuat proyek ini nyaris mustahil, beliaulah yang ‘memarahi’ dan menyemangati bahwa proyek harus terus berjalan, apapun hambatananya. Entahlah, setelah beliau tiada, saya tidak tahu akan bagaimana kelanjutan proyek ini. Sebagaimana saya juga tidak tahu, entah ada berapa banyak rencana dan proyek lain yang sedang beliau kerjakan saat ajal menjemput.

Kematian telah menjadi garis pembatas, yang menghentikan semua yang beliau lakukan. Tapi, sekali lagi, itu semua tak menjadi soal. Karena Allah telah menjanjikan pahala bagi sebuah usaha, sebuah proses, bukan hasil. Selama sebuah aktivitas merupakan amal shaleh yang dilandasi keikhlasan, maka pahala tetap ditangan meskipun kematian menghentikan upaya itu. Apalagi jika saat meninggal, yang bersangkutan berada dalam kondisi terbaik.

Dan demikianlah saya harapkan pada Ibu Farida. Saat peristiwa perampokan itu terjadi, beliau dalam kondisi sedang berpuasa senin kamis. Beliau meninggal dalam situasi mempertahankan amanah yang dia pegang: Uang milik Forum Silaturahmi Muslim. Betapa manisnya, betapa indahnya, meskipun ajal menjemput lewat tangan perampok bengis. Berbahagialah mereka, orang-orang yang menemui ajal dalam kondisi terbaik. Semoga beliau termasuk dalam kategori mati syahid. Selamat jalan, Ibu! Selamat jalan sahabat, selamat jalan mujahidah!

Kawan, tidak, jangan mintakan saya karir yang sukses, rizki yang baik, jodoh yang sholeh ataupun kesuksesan duniawi lainya. Biar, biar Allah saja yang menentukan itu bagi saya, seperti apapun. Saya hanya minta mohonkan satu saja: Agar saya kuat, tegar dan benar menjalani semua takdirNya, hingga ketika saya tiba pada batas waktu usia saya, saya dapat mengakhirinya dengan baik, dengan manis, dengan indah. (Sungguh, saya takut ajal itu menjemput saat saya sedang berkeluh kesah, berputus asa terhadap rahmatNya. Sungguh, saya takut batas akhir kehidupan saya tiba saat saya sedang bermaksiat kepadaNya. Sungguh saya khawatir, ketika waktu telah ditutupkan atas saya, diri saya tengah bergumul dengan kesia-siaan. Sungguh, saya khawatir, saat saya meninggal, hati saya tengah diliputi kecewa, kemarahan atau kebencian).


Yuk, baca juga artikel Lentera lainnya sebagai renungan hidup:


Penutup

Kesimpulan dari artikel ini adalah refleksi mendalam tentang perjalanan hidup dan akhir kehidupan seseorang. Cerita tentang kehilangan Ibu Farida yang tewas dalam perampokan menjadi momentum untuk merenungkan esensi dari kematian itu sendiri. Dengan fokus pada nilai-nilai keikhlasan, keberanian, dan harapan akan akhir yang baik, artikel ini menggambarkan betapa pentingnya persiapan rohani saat menghadapi akhir kehidupan.

Saran setelah membaca artikel ini adalah:

  1. Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya nilai-nilai seperti keikhlasan, perjuangan, dan kebaikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Momen kehilangan Ibu Farida menjadi pengingat bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari, sehingga penting untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran.
  2. Menyadari pentingnya persiapan rohani dalam menghadapi akhir kehidupan, artikel ini menekankan bahwa ketika seseorang berada dalam kondisi baik secara spiritual, kematian bisa menjadi penghujung yang baik pula. Hal ini mengajak pembaca untuk selalu memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan orang lain serta menjalani hidup dengan penuh kebaikan.
  3. Artikel ini juga mengingatkan bahwa kematian tidak memilih usia, status, atau cara. Hal yang menjadi penting bukanlah bagaimana seseorang meninggal, tetapi bagaimana kondisi dan keadaan batin saat itu. Oleh karena itu, perlu untuk selalu menyadari keterbatasan dan mengapresiasi setiap momen yang dijalani.
  4. Doa yang dimohonkan tidak terkait dengan kesuksesan duniawi saja, melainkan kesempatan untuk mengakhiri hidup dengan baik, dengan hati yang tegar dan tulus kepada Tuhan.

Artikel ini menjadi pengingat akan pentingnya menjalani hidup dengan baik, berbuat kebaikan kepada sesama, dan senantiasa memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Menunjukkan bahwa kesadaran akan akhir kehidupan bukanlah hal yang menakutkan, tetapi sebagai peluang untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik secara rohani.

Anda telah membaca artikel ulasan tentang "Akhir Sebuah Perjalanan Kehidupan" yang telah dipublikasikan oleh Lentera Inspirasi. Semoga bermanfaat serta menambah inspirasi dan wawasan. Terima kasih.

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *